Data center atau pusat data adalah fasilitas yang digunakan untuk menampung sistem komputer dan komponen terkait, seperti sistem penyimpanan dan jaringan. Data center berfungsi sebagai tempat penyimpanan, pengolahan, dan distribusi data. Dalam dunia teknologi informasi, data center memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam mendukung operasional bisnis. Salah satu cara untuk mengklasifikasikan data center adalah melalui sistem tier. Tier ini menggambarkan tingkat keandalan, ketersediaan, dan performa dari data center tersebut. Artikel ini akan membahas berbagai jenis tier pada data center dan karakteristik masing-masing.
Tier I: Basic Capacity
Tier I adalah level paling dasar dari data center. Data center pada level ini memiliki infrastruktur yang sederhana dan tidak memiliki redundansi. Artinya, jika terjadi gangguan pada salah satu komponen, seperti sistem pendingin atau pasokan listrik, maka seluruh operasional data center akan terhenti. Tier I biasanya memiliki ketersediaan sekitar 99,671% dalam setahun, yang berarti dapat mengalami downtime hingga 28,8 jam. Meskipun tier ini cocok untuk usaha kecil yang tidak memerlukan tingkat ketersediaan tinggi, namun risiko downtime yang tinggi menjadi kelemahan utama dari tier ini.
Tier II: Redundant Capacity Components
Tier II menawarkan sedikit peningkatan dibandingkan Tier I. Data center pada level ini memiliki beberapa komponen yang redundan, seperti sistem pendingin dan pasokan listrik. Dengan adanya redundansi ini, jika salah satu komponen mengalami gangguan, sistem lainnya dapat mengambil alih untuk menjaga operasional tetap berjalan. Ketersediaan pada Tier II mencapai sekitar 99,749%, yang berarti downtime maksimal sekitar 22 jam dalam setahun. Meskipun lebih baik daripada Tier I, Tier II masih memiliki risiko downtime yang cukup signifikan.
Tier III: Concurrently Maintainable
Tier III adalah level yang lebih canggih dan menawarkan tingkat ketersediaan yang lebih tinggi. Data center pada level ini dirancang untuk memungkinkan pemeliharaan tanpa mengganggu operasional. Artinya, semua komponen dapat diperbaiki atau diganti tanpa harus mematikan sistem. Ketersediaan pada Tier III mencapai sekitar 99,982%, yang berarti downtime maksimal hanya sekitar 1,6 jam dalam setahun. Dengan tingkat keandalan yang lebih tinggi, Tier III sangat cocok untuk perusahaan yang memerlukan ketersediaan data yang konsisten dan minim risiko downtime. Computing ID berada di tingkat Tier III
Tier IV: Fault Tolerant
Tier IV adalah level tertinggi dalam klasifikasi data center. Data center pada level ini dirancang untuk memiliki sistem yang sepenuhnya redundan dan fault-tolerant. Ini berarti bahwa jika terjadi kegagalan pada salah satu komponen, sistem lainnya akan secara otomatis mengambil alih tanpa mengganggu operasional. Ketersediaan pada Tier IV mencapai 99,995%, yang berarti downtime maksimal hanya sekitar 26,3 menit dalam setahun. Tier IV sangat ideal untuk perusahaan besar dan organisasi yang tidak dapat mentolerir downtime, seperti lembaga keuangan dan penyedia layanan kesehatan.
Kesimpulan
Dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi informasi, pemilihan jenis tier pada data center menjadi sangat penting. Tier I dan II mungkin cocok untuk usaha kecil dengan anggaran terbatas, tetapi risiko downtime yang tinggi dapat menjadi masalah serius. Sementara itu, Tier III dan IV menawarkan tingkat ketersediaan yang lebih baik dan lebih cocok untuk perusahaan yang memerlukan keandalan tinggi. Memahami jenis-jenis tier ini dapat membantu perusahaan dalam membuat keputusan yang tepat terkait infrastruktur TI mereka.